Saya akui, kinerja Timnas kali ini bukan main semangatnya, karena dengan tangan dingin Alfred Riedl Indonesia menjadi satu-satunya tim yang tak terkalahkan pada piala AFF 2010 ini, semangat yang diciptakan oleh Timnas menjadikan pemicu bagi bangkitnya para suporter Timnas yang sudah lama layu karena kinerja Timnas yang kurang memuaskan di bawah asuhan Peter Withe.
kini, hanya sepak bola dan musibah yang dapat mempersatukan rakyat Indonesia.
jayalah selalu Timnas Indonesia, buatlah yang terbaik bagi bangsa dan negara pada final AFF cup ini. kami selalu mendukungmu
cheers
i give my salute to special agent in Indonesia called 'Densus 88 Anti Teror' who completed they job with freeze the most wanted terrorist, Dulmatin with his friends. they action are so nice, beside the agent used 'cadar' and as a costumer in a satay kiosk, very nice. they got killed the terrorist with 2 shot in the terrorist body, and it's worked. 2 terorrist died on the place and Dulmatin killed in the admin room in a internet kiosk. hope they get a medallion from police department. salute to densus 88 anti teror, keep strong and watch out in everywhere, everytime, and everyplace.
selamat ulangan ya buat orang orang yang mau UAN, terutama buat dia. jangan males-males belajar mulu tuh. haha
Laporan rugi/laba
PT. ABCD
Untuk periode berakhir 31 Desember 1999
Pendapatan:
Penjualan
10,000,000
Harga pokok penjualan:
Persediaan awal
2,000,000
Pembelian
7,000,000
Tersedia untuk dijual
9,000,000
Persediaan akhir
3,000,000
Harga pokok penjualan
6,000,000
Laba kotor
4,000,000
Biaya operasional:
Biaya komisi
500,000
Biaya transportasi
100,000
Biaya listrik, telpon, air
600,000
Biaya gaji pegawai
1,200,000
Biaya penyusutan bangunan
300,000
Biaya penyusutan inventaris
200,000
Total
2,900,000
Laba operasi
1,100,000
Biaya bunga
100,000
Laba sebelum pajak
1,000,000
Biaya pajak
200,000
Laba/(rugi) bersih
800,000
kembali ke depan
Di bawah ini adalah contoh neraca pada perusahaan dagang pada umumnya.
Neraca
PT. ABCD
Per 31 Desember 1999
Aktiva
Aktiva lancar:
Kas
1,000,000
Piutang usaha
5,000,000
Uang muka pembelian
500,000
Persediaan barang
3,000,000
Total aktiva lancar
9,500,000
Aktiva tetap:
Tanah
50,000,000
Bangunan
20,000,000
Akumulasi penyusutan-bangunan
(5,000,000)
15,000,000
Inventaris kantor
2,000,000
Akumulasi penyusutan-inventaris
(500,000)
1,500,000
Total aktiva tetap
66,500,000
Total aktiva
76,000,000
Hutang
Hutang lancar:
Hutang dagang
2,000,000
Hutang gaji
500,000
Biaya yang masih harus dibayar
1,000,000
Total hutang lancar
3,500,000
Hutang jangka panjang:
Hutang bank
20,000,000
Total hutang jangka panjang
20,000,000
Total hutang
23,500,000
Modal
Modal disetor
40,000,000
Laba ditahan
12,500,000
Total modal
52,500,000
Total hutang dan modal
76,000,000
Salemba, Warta Kota
PEJABAT Jakarta seperti ditampar. Seorang warganya harus menggendong mayat anaknya karena tak mampu sewa mobil jenazah.
Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta - Bogor pun geger
Minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3 thn).
Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa KRL. Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.
Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat ke Puskesmas Kecamatan Setiabudi. “Saya hanya sekali bawa Khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari”. Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu.
Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.
Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00.
Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan Muriski termangu. Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.
Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet.
Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap Sang Khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika KRL jurusan Bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang KRL yang mendengar penjelasan Supriono langsung berkerumun dan Supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet. Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam.
Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat Khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi Karen atidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor.
Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.
Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. “Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa. Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia”, ujarnya.
Koordinator Urban Poor Consortium, Wardah Hafidz, mengatakan peristiwa itu seharusnya tidak terjadi jika pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi orang yang tidak mampu. Yang terjadi selama ini, pemerintah hanya memerangi kemiskinan, tidak mengurusi orang miskin kata Wardah.
Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3374763
clock and date
calendar
silahkan di-klik
translator
music player
rachman ryanda
Labels
- resolutions (1)